Manajemen Sumber Daya Manusia: Sebuah Pengantar

Oleh: Yanuardi Syukur
“Jika Anda memiliki kemauan untuk menang, Anda telah memperoleh setengah dari keberhasilan Anda; jika Anda tidak memilikinya, Anda telah memperoleh setengah dari kegagalan Anda.”
DAVID AMBROSE
“Orang-orang selalu mempunyai ide-ide cemerlang, namun mereka tidak melakukan sesuatu tentang idenya tersebut. Jadi jika anda punya sesuatu yang menurut anda akan berhasil, jalani saja dalam skala kecil, dan lihat hasilnya.”
 MARISSA SHIPMAN
MANAKAH yang utama: Sumber Daya Alam (SDA) atau Sumber Daya Manusia (SDM)? Kedua sumber ini penting sifatnya, namun yang lebih penting adalah SDM. Kenapa? SDA bisa habis dengan perjalanan waktu. Tapi SDM tidak akan habis. Gunung emas (SDA) bisa habis setelah dikeruk oleh perusahaan besar dengan alat-alat canggih. Tapi pemikiran manusia, ilmu pengetahuan pertambangan yang dimiliki tak akan habis, bahkan bisa berkembang terus. Ketika sebuah tempat mengalami kehabisan stock emas, maka manusia yang berakal, berpengetahuan, bisa membuka ladangan garapan baru di tempat lain.
            Kalau kita kehilangan barang, tentu kita bisa membuatnya kembali, atau membelinya. Tapi kalau kita kehilangan pemikiran, akal sehat, maka sesungguhnya kita tengah berada dalam keterpurukan yang parah. Sebuah daerah tanpa SDM yang memadai, hanya akan berharap dari kedatangan SDM dari luar daerahnya. Padahal, jika sebuah daerah memiliki SDM yang mumpuni, maka banyak hal yang bisa mereka lakukan, seperti mengolah sumber daya menjadi lebih efektif. Di Halmahera Utara misalkan, kabupaten ini menyebut dirinya sebagai ”Kabupaten Kelapa Indonesia”. Banyak kelapa di kawasan ini. Dari Sofifi menuju Kao hingga ke Galela dan Pesisir, kita diperlihatkan betapa banyaknya kelapa di sini. Namun, kelapa-kelapa itu hanya akan berdaya guna seperti itu-itu saja—dimakan, dijadikan santan, nata de coco dll. Tanpa SDM di bidang itu, maka tidak ada inovasi yang berarti. Namun, jika SDM kita miliki, maka kelapa-kelapa itu (dari kulit, tempurung hingga isi) bisa dioleh sedemikian rupa bahkan memasuki pasar dunia yang lebih kompetitif.
            Jadi, kalau kita memiliki SDM, kita memiliki berbagai point plus, ketimbang hanya berharap pada SDA yang dari hari ke hari semakin menipis dan habis.

Pendekatan Multidimensi 

Menurut Sondang P. Siagian dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (Bumi Aksara, Jakarta: 2008), untuk melihat kenapa dewasa ini banyak yang menekankan arti penting dari SDM, bisa dilihat dari pendekatan multidimensional. Kita bisa melihatnya dari perspektif politik, ekonomi, hukum, sosio-kultural, administratif, dan teknologi.
Pendekatan politik melihat bahwa untuk menjadikan sebuah negara tercapai tujuan nasionalnya, maka membutuhkan manusia yang handal. Kita ingin menjadi negara yang kuat, maka tentu membutuhkan individu unggul di bidangnya. Mau menciptakan negara yang disegani di kawasan Asia Tenggara, bahkan di tingkat dunia, kita juga butuh manusia-manusia unggul. Ketika Habibie kembali ke Indonesia setelah kuliahnya di Jerman, masyarakat Indonesia melihat betapa putra Indonesia juga tidak ketinggalan dengan luar negeri. Habibie, lelaki asal Pare-Pare (Sulawesi Selatan) itu, berhasil membuat teori dan berperan aktif dalam dunia penerbangan. Pesawat N250 yang dulu pernah berjaya, salah satunya disebabkan karena faktor Habibie di situ. Habibie hanyalah seorang. Untuk menciptakan teknologi canggih di negeri ini, maka kita membutuhkan ”Habibie-Habibie” lain yang bergerak di berbagai bidangnya.
Dalam ranah politik, jika politisi yang berkiprah tidak memiliki SDM yang mantap, maka wajah perpolitikan kita akan menjadi tidak karuan. Standard moral diabaikan, dan norma-norma politik terpinggirkan. Politik ala Nichollo Machiavelli (dikenal dengan ”Machiavellis”) yang menghalalkan segala cara tentu akan menjalar di mana-mana. Kalau sesuatu telah dihalalkan semuanya, maka standard moral pun bisa dilewati begitu saja demi capaian tujuan politik pragmatis.
Pada perspektif ekonomi, SDM sering dipandang sebagai salah satu faktor produksi dalam usaha menghasilkan barang atau jasa oleh satuan-satuan ekonomi. Menurut Siagian (hal. 4), kenapa manusia dianggap sebagai salah satu faktor produksi karena kriteria utama yang digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan ialah dilihat dari takaran ekonomi. Dalam perspektif ini, manusia (pekerja, buruh) kerap dianggap sebagai sesuatu yang tidak begitu menentukan dalam jalannya perusahaan. Rendahnya upah yang diberikan kepada para buruh adalah karena menganggap bahwa kelompok tersebut hanyalah seperti ”mesin-mesin” produksi yang hanya bekerja untuk itu. Padahal, seharusnya untuk meningkatkan inovasi perusahaan, faktor manusia mutlak mendapat perhatian tinggi, karena dengan begitulah akan tercipta penemuan-penemuan baru dalam perusahaan.
Pendekatan hukum melihat bahwa salah satu indikator kehidupan masyarakat modern adalah semakin tingginya kesadaran warga untuk menyeimbangkan hak dan kewajiban masing-masing. Semakin meningkat kesadaran masyarakat dalam hukum, maka semakin sejahteralah masyarakat tersebut. Karena dengan kesadaran hukum itulah yang menjadi panutan dalam bermasyarakat adalah hukum. Jika sebuah perkara terjadi, maka penyelesaiannya dibawa dalam perspektif hukum, bukan atas kehendak pribadi-pribadi atau golongan tertentu.
Pendekatan sosio-kultural melihat bahwa manusia nilai-nilai budaya memiliki pengaruh yang singnifikan. Nilai-nilai itu akan menjadi rujukan bagi individu, dan kelompok dalam masyarakat. Harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi. Keinginan untuk memaksakan kehendak menjadi terkendalikan oleh standar budaya di masyarakat. Sebagai contoh, budaya menghormati orang tua, jika dienyahkan, maka akan terjadi sesuatu yang tidak etis dalam hubungan tua dan muda. Contoh lain seperti penebangan hutan. Kalau hutan ditebang tanpa pertimbangan maka bisa jadi ekosistem di lingkungan itu akan hancur. Dalam sistem budaya masyarakat, ada aturan-aturan yang dibuat agar manusia tidak semena-mena dalam menebang hutan.
Pendekatan administratif memperlihatkan kepada kita tentang organisasi. Sesuatu bisa berjalan dengan maksimal karena pengaruh organisasi. Kita melihat pembangunan sebuah gedung cepat selesai, itu karena organisasi yang menjalankannya baik. Sesuatu yang cepat selesai disebabkan karena manajemen organisasi yang teratur dan terukur. Dalam organisasi itu, banyak manusia di dalamnya. SDM yang ada itulah yang kemudian menjadikan sebuah organisasi atau program berjalan dengan baik. Olehnya itu, karena manusia modern tidak lepas hidupnya dari organisasi, maka kerap juga disebut sebagai ”manusia organisasional.” dalam pendekatan ini, organisasilah yang menjadi fokus analisisnya.
Pendekatan terakhir adalah teknologi. Bangsa menjadi besar, disebabkan karena teknologi. Semut hanya bisa seperti itu-itu saja. Ia hidup di dalam tanah, namun tidak berhasil membuat inovasi dalam kehidupan mereka. Burung bisa terbang sejauh mungkin, namun manusia dengan akal pikirannya, bisa menghasilkan penemuan teknologi yang berdaya manfaat tinggi. Manusia bisa hidup di bawah tanah dengan membuat bunker. Manusia bisa menjelajahi beberapa negeri dengan pesawat terbang hanya dalam hitungan beberapa jam. Bahkan manusia bisa melewati atmosfir bumi ini hingga tiba di permukaan bulan. Ini berarti bahwa teknologi membutuhkan manusia dan kemajuan teknologi tak lepas dari akal pikiran manusia.

Tantangan Bagi SDM

            Tantangan selalu muncul dalam kehidupan manusia, termasuk dalam hal ini dunia SDM. Tantangan bidang SDM bagaimana menciptakan organisasi yang semakin beraneka ragam sekaligus efektif, efisien, dan produktif. Dalam lapangan birokrasi, tantangan manusia sangat penting ketimbang tidak adanya perangkat keras seperti komputer dan seterusnya. Manusia yang mengerti, dan sadar, bisa memanfaatkan kesadarannya untuk berpikir dan berinovasi. Alat-alat yang mereka punya dimaksimalkan dengan baik, dan dijaga. Namun, birokrasi yang lemah akan tidak berguna banyak di depan teknologi. Sebagai contoh, jika kita memiliki komputer, tapi tidak ada yang bisa mengoperasikannya, maka komputer itu hanya akan menjadi pajangan saja. Tapi dengan ilmu pengetahuan, manajemen yang mantap, manusia bisa memanfaatkan potensi perangkat keras (hardware) dengan maksimal.
            Tantangan lain dari dari SDM adalah bagaimana mewujudkan tujuan masyarakat secara luas, tujuan organisasi, tujuan fungsional dan tujuan pribadi. Manusia diturunkan ke bumi adalah untuk mensejahterakan alam (alam manusia, hewan, dan semesta). Dalam organisasi juga seperti itu, SDM perlu berjalan dengan maksimal demi tujuan lembaga. Tujuan fungsional juga diperlukan dalam dunia SDM. Kegiatan pokok aktivitas manusia (fungsi-fungsi) perlu berjalan demi tujuan yang mulia. Tujuan terakhir dari SDM adalah pribadi. Manusia tentu berharap mendapatkan kehidupan yang sejahtera. Olehnya itu maka kesejahteraan manusia secara pribadi perlu diperhatikan, seperti kata Siagian, ”...pada mulanya, motif seseorang memasuki berbagai organisasi adalah pencapaian tujuan dan pemenuhan kepentingan pribadinya” (hal. 30). 

Peranan Pengelola

            Demi menciptakan SDM yang berkualitas, maka faktor pengelola penting perannya. Sebagai contoh, sekolah. Sekolah yang dikelola dengan manajemen yang mutakhir, akan lebih menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas dan siap pakai ketimbang sekolah yang manajemennya ala kadarnya. Begitupun dalam dunia pemerintahan. Jika manajemen yang digunakan oleh gubernur/bupati/walikota tidak peka terhadap lingkungannya, maka bisa jadi produktivitas pemerintahan hanya berjalan di tempat. Pengelola memiliki peran penting di sini. Kalau pengelolanya rusak, maka sulit akan melahirkan SDM yang berkualitas. Maka benarlah kata pepatah yang mengatakan, ”Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.” Buah itu adalah hasil olahan/manajemen, sementara pohon itu adalah pengelola.
            Olehnya itu, demi terciptanya SDM berkualitas (dalam semua segi), maka para pengelola perlu memiliki berbagai kualitas unggul. Pengelola bisa dianggap sebagai motivator bagi perkembangan bawahannya. Seorang pejabat yang korupsi, tentu akan menjadi motivasi bagi bawahannya untuk bertindak yang serupa. Tapi kalau seorang pejabat memberikan teladan (dalam ucapan dan perbuatan), maka tentu para bawahan akan mengikuti jejak terbaik dari sang atasan. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dorong Hobi Jadi Buku

Menyoal Mentalitas Bangsa