Bagaimana Memilih Pemimpin

Oleh: Yanuardi Syukur
Dalam kampanye, selalu hal menarik, manis, dan meyakinkan yang dipublikasikan oleh para kandidat. Mereka yang bertarung untuk menjadi orang nomor satu di wilayahnya, selalu menyajikan janji serta memperlihatkan wajah yang manis agar dapat dipilih oleh konstituennya. Lantas, dari banyaknya kandidat orang nomor satu (Walikota atau Bupati), bagaimana cara kita memilih yang terbaik?
Pertama, lihat track record-nya. Jika seorang kandidat awalnya duduk di birokrasi pemerintahan, maka kiprahnya selama berada di situ perlu dicermati. Apakah dalam menjalankan amanahnya sebagai PNS, ia lebih cenderung pada kebaikan, pro kepada kepentingan rakyat, dan melayani dengan sesungguhnya atau tidak.
Kenapa kita perlu melihat track record-nya? Karena pengalaman itulah yang kelak akan ia teruskan jika terpilih sebagai orang nomor satu di Kotamadya atau Kabupaten. Mereka yang cenderung untuk “bermain-main” dengan amanahnya sebagai PNS, atau lebih suka memperkaya diri ketimbang melayani, biasanya akan mewariskan kebiasaan itu hingga di jenjang tertinggi.
Jika seorang kandidat adalah calon independen, ia tidak pernah duduk di kursi pemerintahan, maka kita bisa melihat record-nya pada aktivitas dimana ia geluti. Kalau pernah sebagai aktivis di lembaga kemahasiswaan, kita bisa lihat apa kiprahnya selama menjadi pimpinan di lembaga tersebut. Selanjutnya, dalam aktivitas sosialnya apakah ia lebih cenderung untuk membanggakan dirinya, kelompoknya, atau memperkaya diri atau lebih low profile dengan keyakinan bahwa “kekuasaan itu amanah yang pada saatnya akan dipertanggungjawabkan”?
Untuk melihat record ini, memang tidak mudah. Pemilih awam lebih cenderung untuk pragmatis dalam memilih. Untuk urusan mencari latar belakang ini memang butuh tenaga lagi, bacaan, dan akses. Olehnya itu, yang paling memungkinkan untuk mempublikasikan profile para kandidat ini secara jujur adalah lembaga-lembaga independen, seperti lembaga mahasiswa, ormas, atau kelompok-kelompok kajian yang tidak terkooptasi oleh kepentingan politik tertentu.
Kedua, lihat keluarganya. Barack Hussein Obama, dalam konteks pemilihan yang lebih besar (negara), berhasil terpilih menjadi presiden salah satunya disebabkan karena keluarganya. Ia memiliki keluarga yang baik. Di masyarakat timur juga seperti itu. Salah satu indikasi seseorang bisa dipercaya adalah ketika ia berhasil membangun keluarga batih-nya (nuclear family) dengan baik. Walau tak semata keberhasilan menjalankan kekuasaan disebabkan karena keluarga, tapi keluarga punya peran yang tak cukup signifikan dalam membentuk kepribadian seseorang yang dalam konteks pemerintahan akan berpengaruh (besar atau sedikit) pada jalannya roda pemerintahan.
Dalam konteks keluarga ini, adakalanya seorang pemimpin dilahirkan oleh keluarganya yang juga pejabat. Namun, pada titik tertentu ada juga karakter individu yang dilahirkan dari hasil olahan lingkungan, ditambah dengan kepribadian dan pendidikan sehingga muncul menjadi pemimpin. Sebagai pemilih, kita perlu memcermati ini. Keluarga yang baik, setidaknya akan menjadikan citra kepemimpinan lebih baik.
Dan pada point ketiga yang perlu kita cermati adalah pada gagasan yang dibawa. Ada yang bisa teori, namun terjatuh pada prakteknya, namun ada juga individu pemimpin yang lihai dalam teori, pun demikian praktek. Gagasan dari seorang calon perlu diperhatikan apa prioritasnya. Tiap Kotamadya/Kabupaten ada prioritas pembangunan. Dalam konteks ini, apakah prioritas kebijakan yang akan diambil oleh para kandidat itu ketika nanti terpilih akan berpengaruh bagi kemajuan daerahnya.
Jika daerahnya membutuhkan penguatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bagi pembangunan ekonomi, maka kita perlu melihat apa langkah-langkah yang akan ditempuhnya. Namun pertumbuhan pembangunan tidaklah semata ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi saja, akan tetapi penguatan sumber daya berbasis lokal. Sebagai contoh di Halmahera Utara, kita memiliki kekayaan kelapa yang begitu banyak. Kekayaan itu perlu dioleh sedemikian rupa. Penguatan SDM dalam bidang pertanian, juga perikanan perlu dijalankan dengan alokasi anggaran yang cukup.
Perihal gagasan ini, secara umum tiap kandidat memiliki logika masing-masing. Begitu banyak idealitas yang pasti dibawa oleh mereka yang ingin jadi penguasa. Olehnya itu, jika ada semacam debat kandidat para calon Walikota/Bupati untuk menguji sejauh mana visi misi para calon, juga menarik untuk disaksikan. Seperti debat kandidat presiden yang kita saksikan di televisi, dengan debat kandidat di Kotamadya/Kabupaten, tentu akan memperkaya proses pemilihan kepala daerah kita. *** 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manajemen Sumber Daya Manusia: Sebuah Pengantar

Dorong Hobi Jadi Buku

Menyoal Mentalitas Bangsa